Popular Post

Posted by : Unknown Sabtu, 22 Februari 2014


Sebagai negara maju, banyak yang bisa diadopsi dari Jepang, termasuk dalam bidang kesehatan. Di antaranya pola makan sehat warganya serta kebijakan pengelolaan makanan dan nutrisi oleh pemerintahnya.

Salah satu indikasi tingkat kesehatan orang Jepang yang baik adalah rata-rata harapan hidupnya yang mencapai 79,9 tahun untuk pria dan 86,4 tahun untuk wanita. Usia ini termasuk tertinggi di dunia dan setiap tahun terus meningkat. Keberhasilan ini tak lain akibat upaya Negeri sakura itu dalam mengurangi angka kematian bayi, salah satunya dengan mengampanyekan pemberian air susu ibu (ASI). Secara dramatis, Jepang juga mampu mengurangi kasus tuberkulosis yang menjangkiti penduduknya pada dekade 1920- an.

Belakangan, kematian manula yang berusia di atas 60 tahun juga menurun. Akibatnya bisa ditebak, penuaan populasi terus menanjak hingga 23%. Jumlah warga yang berusia 75 tahun atau lebih kini sudah mencapai 14 juta orang. Ini tentu menimbulkan masalah baru. Jumlah lansia yang membengkak berarti makin banyak warga yang memerlukan fasilitas layanan kesehatan.

“Dengan meningkatnya problem kesehatan, seperti demensia, kelainan makan, dan gangguan bicara atau dispasia, maka kami perlu layanan makanan yang bisa dikonsumsi penduduk manula,” tutur Naomi Alba dari  Departement Nutrional Education di Kanagawa Institute of Technology , Jepang. Naomi berbicara di sesi seeminar dalam kegiatan Journalist  Japan Tour 2013di Hotel  Villa Fountaine Shiodome, Tokyo, Jepang, pada Kamis (10/10), yang dihadiri KORAN SINDOatas undangan perusahaan minuman kesehatan PT Yakult Indonesia Persada.

Menurut dia, seperti juga banyak warga dunia, penduduk Jepang diketahui mempunyai sejumlah masalah soal konsumsi makanan. Di antaranya, perubahan kebiasaan makan dari makanan tradisional ke hidangan ala Barat yang banyak mengandung kalori dan lemak. Anak-anak Jepang kian akrab dengan berbagai makanan kemasan dan siap saji, yang umumnya tinggi garam dan berpengawet. Perubahan pola makan lainnya adalah ada indikasi anak-anak Jepang melupakan makanan tradisional negerinya yang secara turun-menurun terbukti menyehatkan.

Misalnya berbagai jenis jamur, rumput laut, kacang-kacangan, dan ikan. Alhasil, terjadilah ketidakseimbangan nutrisi hingga menyebabkan banyak yang terserang obesitas atau kegemukan. “Di Jepang sekitar 4,5 dari 100 orang mengalami obesitas. Di negara-negara Asiaa juga menjadi masalah yang umum,” tutur Naomi. Namun, lanjut dia, di sisi lain banyak juga anak yang tergolong kurang gizi dan bertubuh kurus. Dampaknya, kasus penyakit tak menular (PTM) seperti penyakit jantung,diabetes, hipertensi, sindrom metabolik, stroke, dan kanker merangkak naik hingga menyebabkan sekitar 60% dari total seluruh kematian.

Untuk menangani permasalahan tersebut, pemerintah Jepang lantas melansir shokuikuatau kampanye makanan sehat pada anak sekolah, yang telah digagas sejak 50 tahun yang lalu. Intinya, program ini mempromosikan kesehatan fisik atau mental dan karakter sempurna dengan membangun rasa bersyukur terhadap makanan dan memahami manfaatnya. Kebijakan ini dibuat untuk menyelamatkan generasi muda Jepang dari ancaman penyakit degeneratif dan obesitas yang sebagian besar disebabkan pola makan yang tidak sehat. Sejak enam tahun lalu, program ini dikuatkan dengan menekankan pada peran orang tua serta edukator gizi untuk membantu siswa menjalankannya dengan baik.

“Hingga 2012, sudah ada sekitar 4.000 ahli gizi yang disebar di sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi,” ungkap Naomi. Shokuikumemiliki beberapa tahapan. Untuk anak usia dini, program yang diterapkan adalah memberi contoh cara makan yang baik dan membiasakan anak menikmati makanan serta tidak pilih-pilih makanan (picky eater). Untuk murid kelas rendah, melatih anak memahami pentingnya nutrisi di dalam makanan sehingga bisa menerapkan pola makan yang seimbang.

Sementara murid kelas tinggi diajarkan pentingnya menerapkan pola makan yang seimbang, mengenali jenis-jenis makanan yang menyehatkan tubuh, mengetahui berat badan ideal untuk dirinya, serta makan dalam porsi sesuai berat badan dan aktivitas. Diharapkan dengan kampanye ini, kata Naomi, anak-anak akan tertarik dengan makanan dan mengetahui apa yang mereka makan. Mereka juga sudah mengerti apa yang mereka suka dan mau makan, merasa lapar sebelum makan, terlibat dengan peracikan makanan yang akan disantap dan punya teman untuk makan bersama.

“Sedari kecil, anak-anak harus sudah punya pengalaman terhadap apa yang dia makan,” imbuhnya. Tidak hanya diterapkan di sekolah, shokuikujuga menyasar kantor, komunitas dan rumah sakit. Pemberlakuan kebijakan ini pada akhirnya membuahkan hasil, meskipun belum terlalu signifikan. Misalnya peningkatan pemahaman masyarakat terkait pendidikan nutrisi dan makin banyak anak-anak yang lebih sering meluangkan waktunya untuk sarapan dan makan malam bersama keluarga.

”Sebelumnya, anak-anak di Jepang sering meninggalkan sarapan dan makan sendiri sehingga tidak bisa berbahagia saat menikmati makanannya,” kata Naomi.
Berikut juga alasan alasan lainnya mengapa orang Jepang selalu sehat :

1) Konsumsi variasi karbohidrat

Orang Jepang dikenal sangat selektif dalam menjaga kadar karbohidrat yang masuk dalam tubuhnya. Mereka juga selalu memvariasikan makanan yang mengandung karbohidrat. Tidak seperti kita yang memakan nasi 3 kali sehari, sebagian besar orang Jepang punya cukup banyak pilihan karbohidrat selain nasi, di antaranya udon (mie dari beras), soba (mie dari buckle wheat), dan sereal. Hal ini membantu mereka agar kadar karbohidrat dalam tubuh mereka tidak berlebihan.

2) Menyukai sayuran

Orang Jepang sangat suka sayuran. Sudah jadi pengetahuan umum bahwa sayuran sangat bagus bagi kesehatan. Itulah mengapa Jepang memiliki prestasi kesehatan yang terbaik di dunia. Hampir sebagian besar komposisi diet makanan di Jepang adalah sayur, mulai dari acar sayur, salad hingga tumis sayur.

3) Mengolah makanan secara sederhana

Cara pengolahan makanan yang sederhana adalah direbus, dipanggang, atau ditumis sebentar. Dan inilah yang dilakukan sebagian besar orang Jepang dalam memasak makanannya. Dengan cara masak seperti ini, makanan tidak akan melalui proses panjang memasak sehingga kerusakan yang terjadi maupun radikal bebas yang terbentuk dari setiap proses memasak akan menjadi sangat minimal. Dan hal ini membuat kualitas makanan terjaga dengan baik.

4) Menguyah makanan secara perlahan

Kuliner Jepang dikenal sebagai kuliner yang menyajikan makanan dengan sangat cantik. Faktor kecantikan makanan inilah yang membuat orang Jepang makan lebih lambat agar bisa menikmati kecantikan sajian makanan itu. Lalu, mengapa mengunyah makanan secara perlahan bagus untuk kesehatan? Karena otak membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menyatakan bahwa perut sudah kenyang, dan saluran pencernaan pun memiliki waktu yang cukup untuk mencerna dengan baik setiap masakan yang masuk.

5) Makan dengan porsi-porsi kecil

Orang Jepang terbiasa makan dengan piring dan mangkuk kecil. Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa manusia cenderung tidak bisa mengukur apa yang mereka makan dan mereka pun cenderung akan memakan apa pun yang disediakan. Maka, kebiasaan orang Jepang memilih tempat makan mungil ini dipercaya membantu mereka dalam mengontrol porsi makannya. Penyediaan makanan ala Jepang ini (dengan porsi-porsi kecil), membuat seseorang terlatih untuk menakar makanan dan hanya makan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan.

6) Berjalan kaki

Kebiasaan berjalan kaki sangat baik untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL), meningkatkan kolesterol baik (HDL), menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan risiko diabetes militus tipe 2, menjaga berat badan, dan juga meningkatkan mood dan stamina.

Dan kebiasaan baik ini bisa dikatakan sudah "mendarah daging" dalam masyarakat Jepang. Berjalan kaki bahkan menjadi salah satu keterampilan survival yang diajarkan pada anak-anak Jepang sedari kecil. Dengan kebiasaan yang dilatih sejak kecil ini, maka setiap orang terbiasa berjalan kaki dengan jarak yang jauh. Orang Jepang minimal menghabiskan 1 jam dalam sehari untuk berjalan.

7) Minum teh hijau

Kebiasaan sehat orang Jepang lainnya adalah meminum teh hijau, yang dikenal memiliki aktivitas antioksidan cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, antioksidan catechin dan senyawa EGCG di dalam teh hijau bisa mempercepat metabolisme tubuh manusia. Sehingga nutrisi makanan dan kalori dalam tubuh bisa segera diproses menjadi energi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan aktivitas. Minum teh hijau juga bisa mengurangi risiko terkena penyakit jantung, osteoporosis, juga kanker.

8) Makan ikan dan rumput laut

Di kesehariannya, orang Jepang terbiasa makan ikan tuna, makarel, dan salmon. Ketiga jenis ikan ini diyakini mengandung asam lemak omega-3, yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker payudara. Sementara rumput laut yang juga menjadi salah satu bahan utama masakan orang Jepang, kaya akan vitamin yang sangat berguna bagi kesehatan.
 sekian dulu yo~


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ayuzawa Rifucchi - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -